ANAK YANG TERBUANG
Di sebuah rumah terdapat satu keluarga
yang keadaannya sederhana. Keluarga tersebut telah dikaruniai dua orang anak. Ketika
anak kedua berumur tiga tahun, tanpa disadari sang ibu mengandung kembali. Setelah
sang ibu menyadari bahwa ia sedang mengandung, ia langsung berusaha untuk
menggugurkan janin yang ada di perutnya dengan berbagai cara dikarenakan tidak
ingin mempunyai anak lagi.
Tetapi Tuhan berkehendak lain dan anak tersebut
lahir dengan selamat. Karena anak tersebut tidak diinginkan maka kedua orang
tuanya tidak merawatnya dengan baik. Sang ibu pun tidak mau memberikan ASI pada
anak tersebut melainkan hanya diberikan air tajin (air tanakan nasi). Saat anak
tersebut menangis ataupun buang air kecil, orang tua nya bersikap acuh.
Setelah anak tersebut berusia satu
bulan, sang nenek datang mengunjunginya. Neneknya pun sangat kaget melihat
kondisi cucunya yang dipenuhi luka disekujur badannya. Sang nenek merasa kesal
terhadap orang tua anak tersebut dan langsung memutuskan untuk membawa pulang
serta merawat anak tersebut.
Setibanya di rumah, anak tersebut
langsung dimandikan dan diberi susu formula. Keesokan harinya anak tersebut
dibawa ke rumah sakit oleh neneknya. Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata
anak tersebut mempunyai kelainan. Saraf otaknya terganggu akibat obat-obatan
yang diminum ibunya selama mengandung. Selain itu di paru-parunya juga terdapat
banyak flek.
Di usia kurang lebih satu tahun anak
tersebut belum bisa berjalan dan bicara. Sang nenek pun curiga dan memeriksakan
kembali anak tersebut ke rumah sakit. Betapa terkejutnya sang nenek ketika
dokter menyampaikan bahwa anak tersebut mengalami keterbelakangan mental.
Sejak saat itu sang nenek rutin membawa
anak tersebut untuk berobat. Berbagai macam cara dilakukan agar anak tersebut
bisa sembuh, dari cara medis sampai ke tradisional. Tahun demi tahun dilewati
anak tersebut hanya berdua dengan neneknya tanpa kehadiran orang tua. Anak tersebut
hanya mengenal neneknya saja.
Anak tersebut diajari berbagai macam hal
oleh neneknya termasuk berjalan dan bicara. Lambat laun anak tersebut bisa
berjalan meskipun tidak seperti anak normal lainnya. Kira-kira diusia lima
tahun penyakit flek paru-parunya sudah dinyatakan sembuh oleh dokter tetapi
tidak pada sarafnya. Sang nenek tidak pantang menyerah dan membawa anak
tersebut ke pengobatan tradisional untuk sarafnya.
Diusia tujuh tahun anak tersebut di
sekolahkan oleh neneknya di Sekolah Luar Biasa (SLB). Banyak perubahan yang
terjadi pada anak tersebut. Sikap dan prilakunya sudah hampir seperti anak
normal lainnya.
Anak tersebut sudah bisa mengenali
orang-orang di sekelilingnya tetapi tidak pernah kenal dengan orang tuanya. Sampai
sekarang diusianya yang ke sepuluh tahun orang tuanya tidak pernah sekalipun
menjenguk bahkan membiayai pengobatan dan kehidupan selama anak tersebut
bersama neneknya. Sepertinya orang tuanya telah benar-benar membuang anak
tersbut dan menganggapnya tidak ada (meninggal).
Sampai saat ini sang nenek masih terus
berusaha memberikan yang terbaik untuk anak tersebut agar dapat hidup normal seperti
anak-anak lainnya.